Aku mempunyai salah satu sobat terbaik di trenggalek, namun kini ia sudah bekerja di papua. Kami pertama kali bertemu ketika SD. Yang lucunya ketika SD saya dan Dia malah sering bertengkar hingga pernah dipanggil kepala sekolah. Sebenarnya saya sih adik kelasnya ia namun alasannya sering mengganggu, saya kesudahannya ladeni dia. Seiringnya waktu ketika kami masuk Sekolah Menengah Pertama yang sama, suka cewek yang sama dan seringnya kami berboncengan naik sepeda motor persahabatan kami mulai terjalin.
Ketika ketika mau masuk Sekolah Menengan Atas saya pindah ke malang untuk nyantri dan ia sudah pergi bekerja alasannya penghasilan orang tuanya yang pas-pasan. Di tahun kemaren saya pulang ke trenggalek dan tidak menyangka ia juga sudah pulang. Tak usang mendengar perihal dia, dalam benakku “dia kok sudah sukses kini ya”.
ketika mampir kerumahnya ia sudah mempunyai sebuah kendaraan beroda empat dan rumahnya dalam perenovasian. Rasanya agak canggung untuk mengobrol bersama ia alasannya hampir 5 tahun kami berpisah. Akhirnya ia mulai percakapan, dalam beberapa jam dialog kami sudah tenggelam.
Aku bertanya kepadanya perihal apa rahasianya kok dapat dalam 5 tahun sudah dapat sesukses itu, ngecheat kah kaya di gta atau bertapa di kedalaman freeport. Malah sudah mempunyai kendaraan beroda empat sendiri(Ane dalam 5 tahun saja mie instan masih dibelikan). Tak banyak ia menjawab namun rahasianya yaitu alasannya mempunyai banyak sobat erat di papua yang mana temannya itu ayahnya yaitu manager perusahaan minyak di papua. Orang hitam tak ibarat yang kau bayangkan 😀 .
Ketika pertama kali di Papua ia kerja sebagai satpam, entah alasannya apa kok dapat mempunyai sobat yang ayahnya manager di perusahaan itu, ia cuma menasihati saya kalau ingin sukses perbanyak sobat dan jalin kekerabatan yang baik dengan mereka (kuakui memang sejak usang di papua ia jadi bijak kalau ngomong). Tapi anehnya ketika kutanyakan apa nama facebooknya malahan menjawab kalau ia tidak punya facebook atau medsos lainnya. lho bagaimana terus kok punya banyak teman?
Selama dialog kami, ia cuma menyampaikan ” tidak susah kok menjalin pertemanan yang dekat”.
Sontak pernyataan itu masuk ke dada (mak- jleeeb). Aku yaitu sedikit tipe anak yang pendiam dan susah kalau berteman. Jika sobat facebook sih banyak hampir 2000an. Setelah kurenungi hampir 2000 itu semua, ibarat sobat fana yang sekedar update status atau gak, yaa komen doang. Akhirnya kubuka facebookku dan kuputuskan secara perlahan-lahan untuk menghapus semua sobat kecuali hanya beberapa saja, kira-kira hampir 1500 pertemanan saya hapus.
daftar isi
Menjalin pertemanan bergotong-royong sangat gampang dari yang kau bayangkan
Ayo buktikan.
Bayangkan misal kau bertemu Selena gomez di sebuah program sunatan warga (padahal kau gak diundang), kau merasa sangat keren jikalau berteman dan tetap terhubung dengan orang itu . Selanjutnya kau buka facebookmu terus mencari namanya, gerakkan mousemu ke tombol ajaib “Tambahkan teman.” Beres.
Bayangkan hanya satu kali klik saja kau sudah dapat berteman dengan taylor swift, justin bieber,ronaldo, presiden Donald trump bahkan kim jong un(keren bukan). Tetapi kita harus mengarahkan pembicaraan ini ke pembahasan yang lebih mendalam.
Apa arti sesungguhnya dari “pertemanan” itu?
Aku berusaha mencari tanggapan dengan menjelajahi kehidupan masa laluku(dengan mesin waktu doraemon), bagaimana saya menjalin pertemanan sebelum kesudahannya muncul sosok facebook. “apa itu facebook?” batinku awal awal gres kenal facebook.
Kita pdkt sobat baru, mulai berbicara dengan mereka(kalau dulu pakai permen kiss), menyebarkan makan, jotos-jotosan, menanam kepercayaan hingga yang paling penting kita membangun koneksi di dunia faktual (masak sih dunia lain). Setelah apa yang kita lalui tersebut kita gres dapat menganggap mereka sebagai “Teman.”
Kemudian saya menanyakan diriku sendiri sambil melihat daftar pertemanan di facebook, “Berapa banyak dari mereka yang melalui proses tersebut?”
Aku jelaskan mengapa saya putuskan hal ini. Karena saya tidak ingin berandaku kebanjiran update status dari orang-orang bahkan saya tidak ingat siapa mereka.
Untuk Memilih “siapa yang Akan Aku Hapus?”
Ini awalnya sangat susah, saya tidak berbohong. Ini mungkin alasannya alasan dan imanku yang tidak begitu cukup kuat, tetapi ketika kau menggerakkan mousemu ke tombol “hapus pertemanan” segalanya akan terang pada akhirnya.
Tidak ada orang satupun menyukai kata-kata “selamat tinggal” dan diakhiri dengan gerakan slow motion kaya di tv atau sekedar memencet tombol ” batalkan pertemanan” sebagai simpulan dari kekerabatan nyata.
Tapi tanyakanlah ke dirimu; ” seandainya facebook tidak ada, akankah kau mau orang lain mendapat banyak warta perihal dirimu?” atau “apakah kau memang sangat kepo untuk ingin tahu perihal kehidupan orang lain atau hanya sekedar menambah wawasan?”
Menghapus sobat di facebook hanya sesimpel itu saja.
Aku tidak bermaksud “hey bro ini kayaknya saya gres tahu kau deh dan kita hanya sekedar chatingan saja, saya rasa saya tidak butuh kau deh dalam hidup aku. Selamat tinggal deh kalau gitu, dahhh… Ya tidak sealay gitu lah, perpisahan online bukan berarti menghapus seluruh kekerabatan dengan semua orang dari kehidupanmu.
Teman sejati akan tetap terhubung meskipun tanpa pertolongan facebook atau sosial media sejenisnya.
Mungkinkah mereka akan marah? jangan berfikir berlebihan.
Apa yang terjadi jikalau mereka tiba dan menanyakan ” hey, kenapa kau menghapus saya di facebook?”( jeng jeng bunyi ala sinetron) . Dan yaa, kedengarannya agak canggung bukan?
Tidak orang satupun di dunia ini yang ingin diabaikan atau dihapus dari pertemanan, tapi saya fikir masalahnya sih orang orang terlalu menganggap serius kekerabatan online. Misalnya, bro ayo kita makan bakso? dimana? di online? memang kita dapat makan bakso dengan online. eksklusif perang antar clan tuh.
Kehidupan di facebook hanya sekedar kehidupan maya saja dan ini bukan berarti sama dengan kehidupan aslimu. Kenapa kau menghabiskan waktu hanya sekedar meresmikan pertemanan online daripada menjalin kekerabatan faktual dengan orang yang kau anggap mereka peduli perihal kamu? atau setidak-tidaknya mereka berusaha ada dalam kehidupan faktual mereka?
Fikirkan hal ini. Bagaimana dapat dua orang dapat tersinggung hanya cuma mereka tidak saling update status di berandanya dan tidak saling mengelike photo atau status yang mereka buat?
Kadang – kadang saya juga berfikir ada temanku yang bertengkar hanya sekedar komen-komenan di facebook. Apakah mereka tidak menghargai jalinan pertemanan yang faktual atau memang mereka tidak memahaminya?
Aku mempunyai beberapa sobat di facebook, terus apa?
Melihat daftar temanku di facebook jumlahnya telah tinggal dikit duh lega dan bahagia hatiku.
lho kok senang?
Aku scrol berandaku kesudahannya menjadi higienis dan suci sekalian kemenu-menunya. Seperti baru… yey..
Aku kesudahannya dapat melihat update tuh dari sobat ane, yang setiap kali update terjepit diantara iklan-iklan kerikil akik di facebook dan foto narsis masuk daftar “orang yang dicari”. Aku menyadari telah banyak kehilangan momen penting bersama temanku alasannya sebelumnya berandaku hampir tak terlihat. Kaprikornus inilah waktunya untuk memulai lagi dengan mereka , baik online maupun offline.
Mengurangi pertemanan yang tidak penting tidak hanya membebaskanku, tetapi juga meningkatkan kedekatan dengan orang-orang yang memang erat dengan aku. Akhirnya kusadari dalam fikiranku bahwa hidup dapat sangat simpel apabila kita menganggap sosmed hanya sekedar sosmed.